pages bg right


Recent Video

Tampilkan postingan dengan label Other. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Agustus 2012

Gerakan Orientalisme Pasca-Perang Salib

Orientalisme memasuki periode kedua, ketika dunia Islam dan Kristen Barat terlibat dalam Perang Salib. Pertempuran dua kekuatan adidaya yang berlangsung dari 1096 hingga 1291 telah membuat Kristen Barat mengalami kekalahan yang sangat telak.

Terlebih, setelah perang agama itu selesai, dunia Barat mengalami serangkaian keterpurukan. Kekhalifahan Turki Usmani mencatat serangkaian kemenangan dalam serangan mereka ke Eropa. Pada 1366, Adrianopel jatuh ke tangan kaum Muslimin, dan pada 1453 Konstantinopel juga dikuasai pasukan tentara Islam.

Tak hanya itu, Yerusalem pun kembali direbut umat Islam. Dan bahkan kawasan Balkan di Eropa Tenggara juga dikuasai Kekhalifahan Turki Usmani hingga lima abad lamanya. Kekalahan telak itu membuat para raja di Eropa sakit hati. Mereka lalu bersumpah untuk mengusir kaum Saracen, yani umat Islam, yang mereka sebut kaum ‘’kafir’’.

‘’Maka munculah semangat kaum Kristen Eropa untuk menyerang dan mengecam Islam dari berbagai kepentingan,’’ tulis Ensiklopedi Islam. Akibat bias dari kebencian itu, para penulis orientalisme secara gencar menulis buku-buku dengan gambaran yang salah dengan Islam.

Para orientalis yang sakit hati itu kemudian menulis tentang Islam secara salah, dan itu sengaja dilakukan. Hal-hal yang sebenarnya tak terdapat dalam Islam, dan justru bertentangan dengan Islam digembar-gemborkan di Eropa. Mereka menistakan sosok Rasulullah SAW dengan berbagai tudingan yang bohong belaka.

Mereka juga menghembuskan propaganda lewat tulisan-tulisannya dengan menyebutkan bahwa Islam itu bukanlah agama yang benar. Menurut para orientalis di zaman itu, yang benar hanyalah agama Kristen yang dibawa Yesus Kristus.  Menurut Ensiklopedi Islam, mereka juga menyebarkan kabar bohong bahwa Islam juga menganut trinitas, dua dari unsur itu adalah Muhammad dan Apolo.

Para orientalis pasca-Perang Salib pun mengumbar kebohongan dan menistakan agama Islam. Menurut mereka, Islam itu mengajarkan poliandri, disiarkan dengan pedang dan kekerasa, bahkan dikabarkan pula oleh para orientalis bahwa orang Islam diwajibkan membunuh orang Kristen sebanyak mungkin agar bisa masuk Islam.

Meski kabar bohong tentang Islam itu telah disiarkan para orientalis sejak ratusan tahun, di Eropa masih berkembang pandangan buruk tentang Islam. Begitulah, kebohongan demi kebohongan yang disiarkan oleh para orientalis, karena rasa sakit hati mereka akibat berbagai kekalahan yang mereka alami.

Sumber : REPUBLIKA.CO.ID, 

Ummu Sulaim: Kisah Wanita yang Paling Mulia Maharnya

Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang wanita  yang cantik, cerdas dan berakhlak mulia. Dialah Ummu Sulaim yang bernama lengkap Ruimasha' Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Hiram bin Jundab bin 'Amir bin Ghanam bin 'Adie bin an-Najaar al-Anshariyah al-Khazrajiyah.

Berkat sifat-sifat yang agung,  Ummu Sulaim dilamar Maalik Ibnu Nadhar. Buah pernikahan keduanya lahirlah seorang anak bernama Anas. Ummu Sulaim termasuk orang yang masuk Islam dari kalangan Anshar.  Dengan penuh keyakinan, Ummu Sulaim tanpa ragu meninggalkan kebiasaan orang Jahiliyah dari menyembah berhala.

Tak mudah bagi Ummu Sulaim untuk memeluk Islam, agama yang paling benar dan diridhai Allah SWT. Suaminya adalah orang yang pertam menghadang laju keimanannya. Maalik sangat marah begitu isterinya telah masuk Islam. "Apakah engkau telah musyrik?" Ummu Sulaim menjawab dengan penuh keyakinan dan keteguhan, "Aku tidak musyrik tetapi aku telah beriman".

Ummu Sulaim membimbing anaknya, Anas untuk mengucapkan dua kalimat syahadat, "Katakanlah Laa Ilaaha Illallah, dan katakanlah Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah." Lalu Anas melakukannya. Melihat keadaan itu, Maalik berkata kepada Ummu Sulaim: "Janganlah merusak anakku".

Ummu Sulaim berkata, "Sesungguhnya aku tidak merusaknya akan tetapi aku mengajari dan membimbingnya."  Suatu ketika, Maalik pergi menuju Syam. Di dalam perjalanannya ia bertemu dengan musuhnya. dan  mati terbunuh. Mendengar kematian suaminya, ia  berkata, "Aku tidak akan memberi Anas makanan sampai ia meninggalkan musim susuku (ASI)."

Ia kemudian berkata lagi, "Aku tidak akan menikah sampai Anas dewasa.'' Kebaikan Ummu Sulaim diungkapkan Anas bin Maalik pada sebuah majelis, "Semoga Allah membalas jasa baik ibuku yang telah berbuat baik padaku dan telah menjagaku dengan baik." Ummu Sulain menyerahkan si jantung hatinya, Anas, sebagai pelayan di sisi seorang pengajar manusia dengan segala kebaikan, yakni Rasulullah SAW.

Lalu Rasulullah menyambutnya hingga sejuklah kedua mata Ummu Sulaim. Hari terus berganti. Orang-orang pun memperbincangkan Anas bin Malik dan ibunya dengan penuh kekaguman dan penghormatan. Kemuliaan dan kebaikan Ummu Sulaim terdengar di telinga Abu Thalhah, seorang hartawan di zaman itu.

Dengan  penuh cinta dan kekaguman sehingga ia berusaha untuk meminang Ummu Sulaim. Abu Thalhah pun melamar Ummu Sulaim dengan mahar yang mahal sekali. Namun, lamaran itu ditolak Ummu Sulaim.  "Tidak sepantasnya aku menikah dengan seorang musyrik. Tidakkah engkau mengetahui wahai Abu Thalhah, bahwa sesembahan kalian itu diukir oleh seorang hamba dari keluarga si Fulan. Sesungguhnya bila kalian menyalakan api padanya pastilah api itu akan membakarnya."

Terasa sempitlah dada Thalhah. Ia pun pergi dan hampir tidak percaya dengan apa yang ia lihat dan dengar. Namun cintanya yang tulus  membuat Thalhah  kembali datang  dengan mahar yang paling istimewa.  Dengan harapan Ummu Sulaim bisa  luluh dan mau menerimanya.

Sebagai da'iah yang cerdas, Ummu Sulaim tak silau dengan harta, kehormatan, dan kegagahan. Lalu ia berkata  dengan santun, "Tidak pantas orang yang sepertimu akan ditolak wahai Abu Thalhah. Akan tetapi engkau seorang kafir sedang aku seorang Muslimah yang tidak pantas bagiku untuk menikah denganmu."

Lalu Abu Thalhah berkata, "Itu bukan kebiasaanmu." Ummu Sulaim berkata, "Apa kebiasaanku?" Ia berkata, "Emas dan perak." Ummu Sulaim menjawab,"Sesungguhnya aku tidak menginginkan emas dan perak, akan tetapi aku hanya inginkan darimu adalah 'Islam'."

Abu Thalhah lalu berkata, "Siapakah orang yang akan membimbingku untuk hal itu?" Ummu Sulaim berkata, "Yang akan mengenalkan hal itu adalah Rasulullah SAW." Pergilah Abu Thalhah menemui Nabi SAW. Ketika itu Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya.

Saat melihat Abu Thalhah, Nabi SAW bersabda, "Telah datang kepada kalian Abu Thalhah yang nampak dari kedua bola matanya semangat keislaman." Lalu Abu Thalhah datang dan mengabarkan apa yang telah dikatakan oleh Ummu Sulaim terhadapnya. Abu Thalhah pun ahkhirnya menikahi Ummu Sulaim dengan mahar yang telah dipersyaratkannya, yakni Islam.

Tsabit seorang perawi hadits berkata, dari Anas RA, "Tidaklah aku mendengar ada seorang wanita yang lebih mulia maharnya dari pada Ummu Sulaim yang mana maharnya adalah al-Islam."
Sumber : REPUBLIKA.CO.ID

Minggu, 29 Juli 2012

Mau pasang Al-Quran di blog ..???

Mau pasang Al-Quran di blog ..??? Anda bisa masukan code ini kedalam page / post baru Saya Sarankan Anda membuatnya 1 tampilan penuh tanpa sidebar. Masukan kode ini diakhir kode yang diatas.

Pasang Hadist Online di Blog..!!!

Pasang Hadist Online di blog ..??? Pasang hadist online juga sangat mudah. sebagai contoh anda dapat melihatnya DISINI Mari kita mulai anda bisa membuat page / post baru dalam pastekan kode. Pastekan kode berikut.

Saya sarankan anda membuatnya 1 tampilan penuh tanpa sidebar . Bisa lakukan dengan tambahkan kode di bawah ini di akhir kode.
 

Sabtu, 28 Juli 2012

11 Amalan Sepanjang Ramadhan

Adalah penting bagi kita untuk mengetahui kalam Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam dalam bab kaifiat dan fadhilat ibadah. Ini kerana ia merupakan janji benar yang menjadi jaminan yang kukuh untuk kita berpegang dengannya. Menjadi sumber motivasi buat orang-orang yang beriman.

Berikut adalah beberapa hadith Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam yang menerangkan kepada kita bagaimana untuk mendapatkan impak maksima dari kebaikan Ramadhan. Saya telah memetiknya dari kitab Riyadhus-Solihin susunan Imam Nawawi dan beberapa kitab muktabar yang lain. Semoga kita semua dapat mengamalkannya, insyaALLAH.












1. Keutamaan Sahur Dan Mentakhirkannya Selama Tidak Khuatir Akan Terbitnya Fajar
Dari Anas radhiAllahu ‘anhu, bahawa Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Bersahurlah kamu sekalian kerana sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat barakah.” (HR Bukhari & Muslim)
Dari Zaid bin Tsabit radhiAllahu ‘anhu berkata:
“Kami sahur bersama-sama dengan Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam, kemudian kami melaksanakan solat.” Ada seseorang bertanya: “Berapa lama antara sahur dengan solat itu?” Ia menjawab: “Kira-kira 50 ayat.” (HR Bukhari & Muslim)
Dari ‘Amr bin ‘Ash radhiAllahu ‘anhu, bahawa Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kelebihan puasa kami dan puasa ahli Kitab adalah adanya makan sahur.” (HR Muslim)
2. Segera Berbuka Puasa Apabila Sudah Masuk Waktu Berbuka
Dari Sahl bin Sa’d radhiAllahu ‘anhu bahawa Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Manusia itu selalu dalam kebaikan selama mereka segera berbuka puasa.” (HR Bukhari & Muslim)
Dari Anas radhiAllahu ‘anhu berkata:
“Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam sentiasa berbuka dengan beberapa biji ruthob (kurma yang baru masak) sebelum solat. Jika tidak ada ruthob (kurma yang baru masak), maka beliau sallAllahu ‘alaihi wasallam berbuka dengan tamar (kurma yang sudah kering). Jika tidak tamar (kurma yang sudah kering), maka beliau sallAllahu ‘alaihi wasallam meneguk air beberapa teguk.” (HR Abu Daud dan At-Turmudzi)

3. Berdo’a sepanjang berpuasa dan ketika berbuka.
Diriwayatkan oleh Turmudzi dengan sanad yang hasan, bahawa Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Ada 3 golongan yang tidak ditolak do’a mereka, iaitu orang yang berpuasa sehingga dia berbuka, pemimpin negara yang adil dan orang yang teraniaya.”
4. Menjauhi perkara-perkara yang bertentangan dengan ibadah puasa.
Dari Abu Hurairah radhiAllahu ‘anhu bahawa Rasulullah sallAllahu ‘alahi wasallam bersabda:
“Puasa itu adalah perisai, oleh kerana itu, apabila salah seorang di antara kamu sekalian berpuasa maka janganlah berkata kotor dan janganlah bertengkar/berteriak. Apabila ada seseorang yang mencaci-maki atau mengajak berkelahi, maka hendaklah ia berkata: “Sesungguhnya aku sedang berpuasa””. (HR Bukhari & Muslim)
Abu Hurairah radhiAllahu ‘anhu berkata bahawa Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak memerlukan ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR Bukhari)
5. Bersiwak atau menggosok gigi.
Amir bin Rabi’ah berkata:
“Saya melihat Nabi sallAllahu ‘alaihi wasallam bersiwak dan beliau pada saat itu sedang berpuasa. Kerana seringnya, maka saya tidak dapat membilang dan menghitungnya.” (HR Bukhari)
Abu Hurairah radhiAllahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi sallAllahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Andaikan tidak memberatkan umatku, niscaya mereka kuperintahkan bersiwak pada setiap kali berwudhu.” (HR Bukhari)

6. Bermurah hati dan banyak menderma.
Dari Ibnu Abbas radhiAllahu ‘anhu katanya:
“Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam adalah seorang yang paling dermawan, dan sifat dermawannya itu lebih menonjol pada bulan Ramadhan yakni ketika ditemui Jibril. Biasanya Jibril menemuinya pada setiap malam bulan Ramadhan, dibawanya mempelajari al-Quran. Maka Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam lebih murah hati melakukan kebaikan dari angin yang bertiup.” (HR Bukhari)

7. Menggandakan amalan membaca dan mempelajari al-Quran.
(Hadith Ibnu Abbas di atas menyatakan bahawa Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam bertadarus (mempelajari al-Quran) dengan Jibril pada setiap malam Ramadhan.)
Membaca al-Quran adalah amalan biasa ummat Islam, tetapi sempena bulan Ramadhan, hendaklah kita tumpukan betul-betul dan menggandakannya. Para ulama apabila tibanya bulan Ramadhan akan memberhentikan kuliah yang diajar mereka dan menumpukan kepada mempelajari al-Quran. Membaca untuk memahami al-Quran yakni mentadabbur al-Quran adalah lebih utama dari membaca laju untuk mengkhatamkannya beberapa kali pada bulan Ramadhan.

8. Memberi makan untuk berbuka puasa.
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhanny radhiaAllahu ‘anhu, bahawa Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang memberi makan untuk berbuka orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu dengan tidak mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu.” (HR At Turmudzy)

9. Mendirikan malam dengan solat sunnat (solat Tarawih)
Dari Abu Hurairah radhiAllahu ‘anhu, bahawa Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
“Barangsiapa yang mengerjakan solat sunnat pada malam bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan pahala dari ALLAH, maka akan diampunilah dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari & Muslim)
10. Giat beribadah pada 10 hari terakhir Ramadhan
Aisyah radhiAllahu ‘anha berkata:
“Bahawa Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam apabila masuk sepuluh terakhir bulan Ramadhan. diramaikannya waktu malam, dibangunkannya ahli keluarganya dan diikat erat kain sarungnya.” (HR Bukhari & Muslim)
11. Beriktikaf pada 10 terakhir Ramadhan.
Dari Ibnu Umar radhiAllahu ‘anhu berkata:
“Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam selalu beriktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR Bukhari & Muslim)
Dari Aisyah radhiAllahu ‘anha berkata:
“Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam selalu beriktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sehingga Beliau sallAllahu ‘alaihi wasallam dipanggil ALLAH Ta’ala, kemudian setelah beliau sallAllahu ‘alaihi wasallam wafat, isteri-isterinya meneruskan kebiasaan Beliau itu.” (HR Bukhari & Muslim)
Semoga kita semua dapat mengambil pengajaran yang besar dari hadith-hadith Nabi sallAllahu ‘alaihi wasallam di atas. Janganlah dilepaskan peluang untuk mendapatkan pahala yang besar hasil dari usaha kita untuk bersungguh-sungguh melaksanakan sunnah di atas.

Selain dari sunnah yang telah dinyatakan di atas, jangan lupa dan meremehkan lain-lain sunnah Rasulullah sallAllahu ‘alaihi wasallam seperti senyum, beri salam, solat jamaah di masjid, berbuat baik kepada ahli keluarga dan jiran, beri tadzkirah, merendah diri dan lain-lain.

Mudah-mudahan hidayah dan taufiq menyinari hati dan jiwa kita semua dan mudah-mudahn melekat ke dada kita semua akan nilai besar Taqwa, amin.

Sumber:





Rabu, 25 Juli 2012

Presentasi Agama

Presentasi Agama

Ahlul Bait

Ahl artinya famili, keluarga, dan penghuni. Bait artinya rumah. Ahlul Bait adalah anggota keluarga Nabi Muhammad SAW.

Secara harfiah Ahlul Bait berarti anggota keluarga, famili, kerabat, atau penghuni sebuah rumah. Bagi masyarakat Arab pra-Islam, kata ini digunakan untuk sebuah keluarga dari suatu suku.

Dalam Alquran ditemukan tiga kali ungkapan Ahlul Bait. Petama, dalam surat Hud ayat 73 yang membicarakan kisah Nabi Ibrahim AS. Kedua, dalam surat Qasash ayat 12 yang membicarakan kisah Nabi Musa AS. Ketiga, dalam surat Al-Ahzab ayat 33 yang berbicara tentang ketentuan terhadap istri-istri Nabi Muhammad SAW.

Terjadi perbedaan pendapat dalam menentukan siapa yang termasuk Ahlul Bait. Aliran salaf berpendapat bahwa yang termasuk Ahlul Bait adalah Nabi SAW, Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az-Zahra, Hasan, Husein, dan istri-istri Nabi SAW.

Pendapat ini berdasarkan kepaa hadits dari Ummu Salamah—salah seorang istri Nabi SAW—yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, Ibnu Jarir, Ibnu Mundzir, Al-Hakim, Ibnu Mardawaih, dan Al-Baihaqi.

Dalam riwayat ini dikatakan bahwa ayat Ahlul Bait (QS. Al-Ahzab: 33) turun di rumah Ummu Salamah. Ketika itu di dalam rumah ada Ummu Salamah, Fatimah Az-Zahra, Ali bin Abi Thalib, Hasan dan Husein. Lalu Rasulullah memuliakan mereka dengan pakaian yang ada padanya sambil berkata, "Mereka adalah Ahlul Baitku."

Dalam hadits dari Ummu Salamah yang lain dikatakan bahwa ketika turun ayat 33 dari surat Al-Ahzab tersebut, di rumahnya ada tujuh orang, yaitu Jibril, Mikail, Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az-Zahra, Hasan, Husein, dan Ummu Salamah sendiri.

Lalu Ummu Salamah bertanya, "Apakah aku tidak termasuk Ahlul Bait?" Nabi SAW menjawab, "Engkau adalah orang yang baik dan engkau adalah istriku."

Jawaban Rasulullah SAW ini menunjukkan bahwa istrinya tidak termasuk Ahlul Bait. Bagi golongan salaf, hadits Ummu Salamah yang kedua ini tidak berarti mengeluarkan istri-istri Nabi SAW dari Ahlul Bait, karena ketika Ummu Salamah bertanya tentang statusnya, Nabi SAW menjawab, "Engkau adalah orang yang baik dan istriku."

Banyak sekali riwayat yang menyatakan tentang keistimewaan keluarga Nabi SAW, dan keistimewaan yang diberikan itu pun bermacam-acam. Namun, hadits-hadist tersebut tidak menyebutkan keistimewaan Ahlul Bait dalam pengertian yang sangat luas seperti dikemukakan terdahulu. Hadits-hadits tersebut hanya membatasi Ahlul Bait pada individu tertentu, terutama Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az-Zahra, Hasan, dan Husein.

Rasulullah mengatakan Ahlul Bait itu merupakan suatu peninggalan yang sangat berharga, sehingga menyebut Ahlul Bait disejajarkan dengan menyebut Kitabullah, dan umat Islam bahkan disuruh berpegang teguh kepada keduanya (HR. Muslim). Ahlul Bait dan Kitabullah ini diistilahkan oleh Nabi SAW dengan Ats-Tsaqalain (dua yang berat) dan haditsnya disebut dengan hadits Ats-Tsaqalain.



Sumber: Ensiklopedi Hukum Islam

Rabu, 18 Juli 2012

19 Keutamaan Wanita dalam islam


1. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayangnya yang lebih kuat dari lelaki.

2. Wanita yang Sholihah  itu lebih baik daripada 1000 orang lelaki yang sholeh.

3. Barang siapa yang menngembirakan anak wanitanya, derajatnya seumpama orang yang senantiasa
menangis karena takutkan Allah.

4. Barang siapa yang membawa hadiah ( oleh-oleh ) lalu diberikan kepada keluarganya, hendaklah mendahulukan anak wanitanya dari anak laki-laki

5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama Rasulullah SAW didalam Syurga.

6. Barang siapa mempunyai 2 atau 3 anak wanita, atau 2 atau 3 saudara wanita lalu dia bersikap ikhsan (Baik) dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa taqwa dan tanggung jawab maka baginya adalah Syurga.

7. Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak wanitanya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka (Aisyah r.a.).

8. Syurga dibawah telapak kaki Ibu ( Hadits )

9. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga, maka masuklah dari pintu yang dikehendaki.

10. Wanita yang taat akan suaminya serta menjaga sholat dan puasanya, semua ikan-ikan dilaut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama dia taat pada suaminya dan direlakanya.

11. Apabila memanggil akan engkau dua orang Ibu Bapakmu, maka jawablah panggilan Ibumu dahulu.

12. Aisyah r. a. berkata “ Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita ? “ Jawab Baginda, “ Suaminya “ Siapa pula berhak terhadap lelaki ? Jawab Rasulullah “ Ibunya “

13. Wanita apabila sholat 5 waktu, puasa 1 bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu Syurga mana saja yang dia kehendaki.

14. Tiap wanita yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T memasukkan dia kedalam Syurga 10.000 tahun lebih dahulu dari suaminya.

15. Apabila seorang wanita mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T mencatatkan baginya setiap hari dengan 1000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1000 kejahatan.
16. Apabila seorang wanita mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T mencatatkan baginya pahal orang yang berjihad pada jalan Allah.

17. Apabila seorang wanita melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya

18. Apabila telah lahir anaknya lalu disusuinya, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan dari pada susunya diberi satu kebajikan.

19. Apabila ibu semalaman tidak tidur karena memelihara anaknya yang sakit, maka Allah S.W.T memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah.


Sumber 

Selasa, 17 Juli 2012

Islam dan Teori Bumi Bundar

Bumi serta segala isinya merupakan bidang kajian yang menarik perhatian para ilmuwan Islam di era keemasan. Peradaban Islam terbukti lebih awal menguasai ilmu bumi dibandingkan masyarakat Barat. Ketika Eropa terkungkung dalam 'kegelapan' dan masih meyakini bahwa bumi itu datar, para sarjana Muslim pada abad ke-9 M telah menyatakan bahwa bumi bundar seperti bola.

Wacana bentuk bumi bundar baru berkembang di Barat pada abad ke-16 M. Adalah Nicoulas Copernicus yang mencetuskannya. Di tengah kekuasaan Gereja yang dominan, Copernicus yang lahir di Polandia melawan arus dengan menyatakan bahwa seluruh alam semesta merupakan bola. Sejarah Barat kemudian mengklaim bahwa Copernicus-lah ilmuwan pertama yang menggulirkan terori bumi bulat.

Klaim Barat selama berabad-abad itu akhirnya telah terpatahkan. Sejarah kemudian mencatat bahwa para sarjana Islam-lah yang mencetuskan teori bentuk bumi itu. Para sejarawan bahkan memiliki bukti bahwa Copernicus banyak terpengaruh oleh hasil pemikiran ilmuwan Islam. Para sejarawan  sains sejak tahun 1950-an mengkaji hubungan Copernicus dengan pemikiran ilmuwan Muslim dari abad ke-11 hingga 15 M.

Hasil penelitian yang dilakukan  Edward S Kennedy dari  American University of Beirut  menemukan adanya kesamaan antara matematika yang digunakan Copernicus untuk mengembangkan teorinya dengan matematika yang digunakan para astronom Islam –dua atau tiga abad sebelumnya. Copernicus ternyata banyak terpengaruh oleh astronom Muslim seperti  Ibn al-Shatir (wafat 1375), Mu'ayyad al-Din al-'Urdi (wafat 1266) dan Nasir al-Din al-Tusi (wafat 1274).

Seperti halnya peradaban Barat, masyarakat Cina yang lebih dulu mencapai kejayaan dibandingkan dunia Islam pada awalnya meyakini bahwa bumi itu datar dan kotak. Orang Cina baru mengubah keyakinannya tentang bentuk bumi pada abad ke-17 M – setelah berakhirnya era kekuasaan Dinasti Ming.  Sejak abad itulah, melalui risalah yang ditulis  Xiong Ming-yu berjudul Ge Chi Cao wacana bentuk bumi  bundar seperti bola mulai berkembang di Negeri Tirai Bambu.

                                                                        ***

Beberapa abad sebelum dua peradaban besar itu mulai mengakui bahwa bentuk  bumi bundar, dunia Islam telah membuktikannya. Di bawah kepemimpinan Khalifah Al-Ma'mun, pada tahun 830 M,  Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi beserta para astronom lainnya telah membuat peta globe pertama. Tak hanya itu, para sarjana Muslim di era itu juga mampu mengukur volume dan keliling bumi.

Saat itu, para astronom Muslim menyatakan bahwa keliling bumi mencapai  24 ribu mil atau  38,6 ribu kilometer. Perhitungan yang dilakukan pada abad ke-9 itu hampir akurat. Sebab, hanya berbeda 3,6 persen dari perkiraan yang dilakukan para ilmuwan di era modern. Sebuah pencapaian yang terbilang luar biasa dan mungkin belum terpikirkan oleh peradaban Barat pada masa itu.

Atas permintaan Khalifah Abbasiyah ketujuh itu, para astronom Muslim sukses mengukur jarak antara Tadmur (Palmyra) hingga Al-Raqqah di Suriah.  Para sarjana Muslim itu menemukan fakta bahwa kedua kota itu ternyata hanya terpisahkan oleh satu derajat garis lintang dan jarak kedua kota itu mencapai 66 2/3 mil.

                                                                        ***

Pada abad ke-10 M, ilmuwan Muslim bernama Abu Raihan Al-Biruni (973-1048) juga mengukur jari-jari  bumi. Menurutnya, jari-jari bumi itu mencapai 6339,6 kilometer. Hal pengukurannya itu hanya kurang 16,8 kilometer dari nilai perkiraan ilmuwan modern. Saat itu, Al-Biruni  mengembangkan metode baru dengan menggunakan perhitungan trigonometri yang didasarkan pada sudut antara sebuah daratan dengan puncak  gunung.

Teori bentuk bumi bundar seperti bola juga dinyatakan geografer dan kartografer (pembuat peta)  Muslim dari abad ke-12 M, Abu Abdullah Muhammad Ibnu Al-Idrisi Ash-Sharif. Pada tahun 1154 M, Al-Idrisi – ilmuwan dari Cordoba --  secara gemilang sukses membuat peta bola bumi alias globe dari perak. Bola bumi yang diciptakannya itu memiliki berat sekitar 400 kilogram.

Dalam globe itu, Al-Idrisi menggambarkan enam benua dengan dilengkapi jalur perdagangan, danau, sungai, kota-kota utama, daratan serta gunung-gunung. Tak cuma itu, globe yang dibuatnya itu juga sudah memuat informasi mengenai jarak, panjang dan tinggi secara tepat. Guna melengkapi bola bumi yang dirancangnya, Al-Idrisi pun menulis buku berjudul Al- Kitab al-Rujari atau Buku Roger yang didedikasikan untuk sang raja.

                                                                        ***

Penjelajah asal Spanyol, Cristhoper Columbus pun membuktikan kebenaran teori yang diungkapkan Al-Idrisi. Berbekal peta yang dibuat Al-Idrisi, Columbus mengelilingi bumi dan menemukan Benua Amerika yang disebutnya 'New World'. Padahal, bagi para penjelajah Muslim benua itu bukanlah dunia baru, karena telah disinggahinya beberapa abad sebelum Columbus. Dalam ekspedisi yang dilakukannya itulah, Columbus meyakini bahwa bentuk bumi adalah bulat.

Secara resmi, para sarjana Muslim telah mengelaurkan kesepakatan bersama dalam bentuk ijma tentang bentuk bumi bundar. Teori bentuk bumi bulat diyakini oleh Ibnu Hazm (wafat 1069), Ibnu Al-Jawi (wafat 1200) dan Ibnu Taimiyah (wafat 1328). Penegasan ketika tokoh Islam itu untuk memperkuat hasil penelitian dan penemuan yang dicapai astronom dan matematikus Muslim.

Secara sepakat,  Abul-Hasan ibnu al-Manaadi, Abu Muhammad Ibnu Hazm, and Abul-Faraj Ibnu Al-Jawzi  telah menyatakan bahwa  bentuk bumi adalah bundar (istidaaratul-aflaak).  Ibnu Taimiyah melandaskannya pada Alquran surat Az-Zumar ayat 5. Allah SWT berfirman: "...Dia memutarkan malam atas siang dan memutarkan siang atas malam..."

Selain itu, para ulama juga berpegang pada Surat Al-Anbiyaa ayat 33. Allah SWT berfirman,” Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar (falak) di dalam garis edarnya.” Kata “falak' dalam ayat itu, menurut para ulama, berarti bundar. Ibnu Taimiyah secara tegas kemudian menyatakan bahwa bentuk bumi bulat seperti bola.

Penegasan bentuk bumi bundar juga dinyatakan  Abu Ya'la  dalam karyanya berjudul  Tabaqatal-Hanabilah. Dalam kitab itu, Abu Ya'la mengutip sebuah ijma para ulama Muslim yang  bersepakat bahwa bentuk bumi itu bundar. Ijma itu diungkapkan oleh generasi kedua – murid-murid para sahabat Nabi Muhammad SAW.

Ilmuwan terkemuka  Ibnu Khaldun (wafat 1406) dalam kitabnya yang fenomenal berjudul Muqaddimah, juga menyatakan bahwa bumi itu seperti bola. Pendapat itu diperkuat oleh  Imam Ibnu Hazm Rohimahulloh dalam al-Fishol fil Milal wan Nihal. Menurutnya,  tak ada satupun dari 'ulama kaum muslimin -- semoga Allah meridhoi mereka -- yang mengingkari bahwa Bumi itu bundar dan tidak dijumpai bantahan atau satu kalimat pun dari salah seorang dari mereka.

Dengan meyakini bahwa bentuk bumi itu bundar, para sarjana Muslim  kemudian menetapkan sebuah cara untuk menghitung jarak dan arah dari satu titik di bumi ke Makkah. Melalui cara itulah, arah kiblat ditentukan.
Sumber: muslimheritage/berbagai sumber

Makkah, Saksi Perjuangan Rasulullah


Nabi Muhammad saw berselimut rapat dan tertidur pulas. Istri beliau, Khadijah, baru saja menenangkan beliau yang pulang dari Gua Hira dalam keadaan ketakutan.
Khadijah lalu keluar rumah dan menemui seorang sepupunya, Waraqah bin Naufal, seorang pemeluk Nasrani yang saleh. Khadijah menceritakan peristiwa yang baru dialami suaminya.

Waraqah yang telah renta membesarkan hati Khadijah. Ia meyakini peristiwa itu adalah pengangkatan Muhammad sebagai rasul. Sementara itu, Muhammad yang tengah berselimut di rumahnya kembali menggigil.
Jibril kembali datang menyampaikan wahyu, “Wahai orang yang berselimut! Bangunlah dan sampaikan peringatan. Agungkan Tuhanmu, sucikan pakaianmu, dan hindarkan darimu dosa. Janganlah kau memberi karena ingin menerima lebih banyak. Demi Tuhanmu, tabahkan hatimu.”

Pengalaman itu kembali membuat Rasulullah saw gelisah, dan Khadijah terus menenteramkan beliau. Nabi saw sempat khawatir kalau-kalau yang menjumpainya bukanlah malaikat, melainkan setan. Dikisahkan bahwa saat Jibril datang, Nabi saw yang berada di pangkuan Khadijah melihat sosoknya. Sosok tersebut baru menghilang dari pandangan sang Rasul saat Khadijah menyingkap kain penutup muka beliau.

                                                                     ***

Peristiwa di atas adalah penggalan dari untaian panjang perjalanan Rasulullah di Kota Makkah Al-Mukarromah selama menyerukan Islam. Kota yang menjadi kiblat Muslim dunia itu menjadi salah satu saksi sirah nabawiyah sang Rasul.
Kesaksian itu telah dimulai sejak pasukan gajah Abrahah berupaya memporakporandakan Ka’bah di hari kelahiran Nabi Muhammad saw pada 571 M, enam abad setelah masa Nabi Isa as.

Syeikh Tawfique Chowdhury dalam Mercy to the World (disampaikan dalam kursus perdana Al Kauthar Institute di Indonesia, 28-29 April) menjelaskan pengertian sirah sebagai studi mengenai kehidupan Rasulullah saw dan segala sesuatu yang berkaitan dengan itu sejak beliau lahir hingga wafat.
Ia dapat ditelusuri dari berbagai sumber, yakni Alquran, kitab-kitab hadis, buku-buku sejarah (umum atau yang secara spesifik mengulas Makkah dan Madinah), biografi para sahabat Rasul dan perawi hadis, dan lain sebagainya.

Alquran, kata Syeikh Tawfique, adalah sumber terpenting dari sirah nabawiyah. Sebagian kisah di dalamnya menjelaskan secara jelas aspek kehidupan sang Rasul saw, sementara sebagian lainnya hanya dapat dipahami dengan bantuan hadis. “Siapa ‘tiga orang (yang tidak ikut berperang)’ yang disebut dalam ayat 118 surah At-Taubah, misalnya, baru dapat dipahami setelah merujuk pada hadis. Ketiganya adalah Ka’ab bin Malik, Hilal bin Umayyah, dan Mararah bin Rabi’,” jelasnya.

Namun demikian, tujuan membaca sirah tidak sebatas untuk mengetahui hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang dialami Rasulullah dan para sahabat. “Penting bagi Muslim untuk menggali berbagai pelajaran dari apa yang dibacanya (sirah nabawiyah) itu,” ujar Syeikh Tawfique.

Pendiri Al Kauthar Institute itu menambahkan, kehidupan Rasulullah saw mengandung banyak pelajaran dan hikmah. Dengan angle berbeda, setiap satu kisah mengandung pelajaran yang berbeda. “Berbeda dengan biografi tokoh dunia lainnya, sirah Rasulullah saw memiliki banyak pelajaran baru untuk digali meski ia telah ditulis dalam ratusan judul buku.”

“Lensa (sudut pandang dan bidang keilmuan) yang berbeda akan menemukan pelajaran yang berbeda pula,” tandasnya. (bersambung)


Sumber : REPUBLIKA.CO.ID,

Keajaiban Penciptaan Batang Tenggorokan

Struktur tenggorokan adalah contoh dari sistem yang sempurna dalam tubuh manusia.

Menurut Harun Yahya, dinding tenggorokan didukung oleh C-tulang rawan berbentuk cincin. Hal ini memungkinkan pergerakan ke arah yang berbeda.

''Jika pipa saluran udara hanya terbuat dari daging, maka kelembutan yang dihasilkan akan menyebabkan penyumbatan konstan, yang akan membuat kita sulit untuk bernapas,'' ujar cendekiawan Muslim asal Turki itu.

Jika terbuat dari sesuatu yang keras seperti tulang, papar dia, maka gerakan kita sebagian besar akan terbatas.

Namun struktur yang terdiri dari tulang rawan yang membentuk pipa saluran udara sangat cocok untuk semua jenis gerakan, dan selalu tetap terbuka karena fleksibilitasnya.

Ada lagi sistem yang sangat khusus tepat di pintu masuk ke batang tenggorokan. Sistem ini menyelamatkan hidup kita setiap kali kita memakan sesuatu. Bagaimana?

Kerongkongan dan batang tenggorok berdampingan di tenggorokan. Satu kemungkinan bahwa ketika memakan makanan akan terjebak dalam tenggorokan dan tercekik sendiri.
''Namun tidak demikian. Meskipun kita terus makan dan bernapas, makanan tidak pernah tersangkut dalam tenggorokan kita,'' papar pemilik nama asli Adnan Oktar itu.

Jadi apa yang melindungi kita ketika makan?

Ada lipatan kecil dari tulang rawan elastis yang disebut kelep lekum kanan di pintu masuk ke batang tenggorokan.

flap ini secara otomatis menutup pintu masuk ke tenggorokan saat menelan.

Selama ribuan makanan yang kita makan, dari masa bayi sampai saat ini, kita telah menelan puluhan ribu kali. Dan setiap kali flap kecil menutup jalan masuk ke tenggorokan kita di saat yang tepat.

Meskipun kita tidak menyadari keberadaannya dan tidak mampu mengendalikan hal itu ,flap kecil telah menyelamatkan hidup kita dengan menutup pintu masuk ke tenggorokan Anda pada saat yang tepat.

Dengan tidak adanya sistem itu, seorang manusia akan tercekik saat pertama ia menggigit makanan. Ini adalah satu lagi bukti bahwa Allah menciptakan semua fitur yang dimiliki oleh manusia.
Sumber: harunyahya.com

Ensiklopedi Hukum Islam: Akal


Akal merupakan daya atau kekuatan yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia sebagai alat berpikir dan alat untuk mempertimbangkan dan memikirkan baik buruknya sesuatu.

Akal merupakan suatu potensi yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia di samping nafsu. Kedua unsur ini termasuk dalam alam rohani (non-fisik).

Secara bahasa akal berarti daya atau kekuatan pikiran (quwwah al-idrak) atau pemahaman (al-fahm). Istilah lain dari akal adalah an-nazr (berpikir secara mendalam) dan al-fikr atau logika.

Ragib Al-Isfahani (ahli bahasa dan gramatika Arab) mengatakan, akal merupakan kekuatan yang dipersiapkan untuk menerima ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman, ”Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." (QS. Al-Ankabuut: 43).

Orang yang tuli, bisu, dan buta dalam Surah Al-Baqarah: 171 menunjukkan kata-kata metafora yang berarti orang yang tidak menggunakan akalnya. Orang yang berakal adalah orang yang sadar, bisa berpikir, tidak gila, dan termasuk dalam kriteria mukalaf, orang yang wajib melaksanakan hukum Allah SWT.

Peranan akal dalam berijtihad 

Potensi akal sebagai daya kekuatan untuk berpikir dan berijtihad dalam bidang hukum Islam sangat menarik di kalangan ahli usul fikih, terutama dalam merumuskan (mengistinbatkan) hukum yang tidak diatur secara terperinci dalam Alquran maupun sunah Rasulullah SAW.

Permasalahan ini muncul berdasarkan hadis Rasulullah SAW ketika menugaskan Mu'adz bin Jabal sebagai kadi ke Yaman. Dalam hadis ini dikemukakan tata cara Mu‘adz menetapkan hukum setelah bertugas di sana. Hukum ditetapkan berdasarkan ketetapan Kitabullah (Alquran).

Jika tidak ditemukan ketetapan hukum itu dalam Alquran, ditempuh cara kedua, yakni berdasarkan ketetapan sunah Rasulullah SAW. Jika juga tidak ditemukan dalam sunah, ditempuh cara ketiga, yakni dengan menggunakan akal (ar-ra’yu).

Mendengar keterangan Mu‘adz bin Jabal ini Rasulullah SAW mengucapkan, "Alhamdulillah,” sambil menepuk-nepuk dadanya dengan pelan (HR. Abu Dawud). Berdasarkan hadis ini, para ahli usul fikih sepakat menempatkan ijtihad (pengerahan potensi akal) sebagai sumber hukum Islam ketiga setelah Alquran dan sunah Rasulullah SAW.

Peluang yang diberikan oleh Rasulullah SAW sebagaimana yang terdapat dalam hadis di atas membawa pengaruh pada munculnya apa yang disebut dengan aliran yang mengutamakan akal dalam merumuskan hukum dibanding nash (ahlu ar-ra’yi) dan aliran yang mengutamakan nash dibanding akal (ahlu al-hadis).
Tetapi, kedua aliran ini tetap menempatkan ijtihad atau ar-ra ’yu pada urutan ketiga dalam sumber hukum Islam setelah Alquran dan sunah Rasulullah SAW.

Sumber: Sumber: Ensiklopedi Hukum Islam

Kearifan Rasulullah SAW

Suatu hari kaum Muhajirin dan Anshar mendatangi Nabi Muhammad SAW di rumahnya. Setelah mereka masuk dan duduk di majelis, Rasulullah mempersilakan  mereka mengutarakan maksud kedatangannya.

"Ya Rasulullah, tuan tentu memerlukan barang-barang untuk nafkah dan kebutuhan pribadi, juga untuk menjamu para utusan yang datang menghadap tuan. Ambillah harta kekayaan kami dan pergunakanlah menurut kemauan tuan, atau simpanlah jika Rasul ingin menyimpannya," kata salah seorang sahabat.

Mendengar itu, Rasulullah SAW dengan wajahnya yang putih bersih menyampaikan kepada para sahabatnya tentang wahyu yang baru saja diterimanya melalui Malaikat Jibril AS. "Katakanlah (wahai Muhammad), Aku tidak minta upah apa pun kepada kalian atas (dakwah yang kusampaikan) selain agar kalian berkasih sayang kepada kerabatku." (QS asy-Syuura: 23).

Kemudian, mereka mendengarkan dakwah Rasulullah SAW. Dan, saat pulang dari majelis tersebut, beberapa sahabat saling berbincang-bincang. "Yang membuat Rasulullah SAW tidak mau menerima tawaran itu ialah karena beliau hendak mendesak supaya kita mencintai kerabatnya setelah beliau wafat." "Jangan berprasangka begitu, wahai sahabatku," kata yang lain, karena menganggap itu sebagai fitnah.

Tak berapa lama, Rasul SAW menerima wahyu surah asy-Syuura ayat 24. Ayat tersebut menerangkan supaya umat Islam tidak terjebak dalam perbuatan fitnah. "Bahkan, mereka mengatakan,  'Dia (Muhammad) telah mengada-adakan dusta terhadap Allah.' Maka jika Allah menghendaki niscaya Dia mengunci mati hatimu, dan Allah menghapuskan yang batil dan membenarkan yang hak dengan kalimat-kalimat-Nya (Alquran). Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati."

Setelah wahyu diterima, Rasul langsung menemui seorang sahabat dan menanyakan berita bohong yang beredar. Kemudian, beberapa orang di antara rombongan datang menghadap Rasulullah SAW. "Ada beberapa orang di antara kami yang berkata kasar dan kami sendiri tidak menyukainya."

Rasul SAW lalu membacakan Alquran surah asy-Syura ayat 24 kepada para sahabat yang hadir. Setelah mendengar wahyu itu, para sahabat pun menangis dan menyesali semua fitnah yang mereka lontarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Rasul pun memaafkan mereka. Beliau lalu membacakan ayat ke-25 surah asy-Syuura. "Dan Dia (Allah SWT) yang berkenan menerima taubat dari hamba-hamaba-Nya, mengampuni mereka atas kesalahan-kesalahan mereka, dan Dia mengetahui apa-apa yang kalian perbuat."

Setelah mendengar kalam Ilahi itu, para sahabat bersalaman dan saling berangkulan dengan Rasululah SAW. Kemudian, mereka pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan lapang. Itulah salah satu kemuliaan Rasulullah SAW yang begitu pemaaf terhadap siapa saja yang memfitnahnya. (HR Imam Ahmad bin Hambal, Tabrani, dan Hakim dari Ibnu Abbas).

Betapa mulianya akhlak Rasulullah SAW. Beliau memberikan teladan kepada umatnya dalam menyelesaikan setiap permasalahan. "Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS al-Ahzab [33]: 21).


Sumber : REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Aji Setiawan 

Ini 7 Amalan yang Pahalanya Terus Mengalir

Amal Jariyah adalah sebutan bagi amalan yang terus mengalir pahalanya, walaupun orang yang melakukan amalan tersebut sudah wafat. Amalan tersebut terus memproduksi pahala yang terus mengalir kepadanya.

Hadis tentang amal jariyah yang populer dari Abu Hurairah menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila anak Adam (manusia) wafat, maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, yaitu sedekah jariah, ilmu yang berman­faat, dan anak saleh yang mendoakannya" (HR. Muslim).

Selain dari ketiga jenis perbuatan di atas, ada lagi beberapa macam perbuatan yang tergolong dalam amal jariah.

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya diantara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukannya wafat ialah ilmu yang disebar­luaskannya, anak saleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah yang dibangunnya untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan. sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang banyak, dan harta yang disedekahkannya” (HR. Ibnu Majah).

Di dalam hadis ini disebut tujuh macam amal yang tergolong amal jariah sebagai berikut.

1. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal, seperti diskusi, ceramah, dakwah, dan sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah me­nulis buku yang berguna dan mempublikasikannya.

2. Mendidik anak menjadi anak yang saleh. Anak yang saleh akan selalu berbuat kebaikan di dunia. Menurut keterangan hadis ini, kebaikan yang dipeibuat oleh anak saleh pahalanya sampai kepada orang tua yang mendidiknya yang telah wafat tanpa mengurangi nilai/pahala yang diterima oleh anak tadi.

3. Mewariskan mushaf (buku agama) kepada orang-orang yang dapat memanfaatkannya untuk kebaikan diri dan masyarakatnya.

4. Membangun masjid. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi SAW, ”Barangsiapa yang membangun sebuah masjid karena Allah walau sekecil apa pun, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Orang yang membangun masjid tersebut akan menerima pahala seperti pahala orang yang beribadah di mas­jid itu.

5. Membangun rumah atau pondokan bagi orang-orang yang bepergian untuk kebaikan. Setiap orang yang memanfaatkannya, baik untuk istirahat sebentar maupun untuk bermalam dan kegunaan lain yang bukan untuk maksiat, akan mengalirkan pahala kepada orang yang membangunnya.

6. Mengalirkan air secara baik dan bersih ke tampat-tempat orang yang membutuhkannya atau menggali sumur di tempat yang sering dilalui atau didiami orang banyak. Setelah orang yang mengalirkan air itu wafat dan air itu tetap mengalir serta terpelihara dari kecemaran dan dimanfaatkan orang yang hidup maka ia mendapat pahala yang terus mengalir.

Semakin banyak orang yang memanfaat­kannya semakin banyak ia menerima pahala di akhirat. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa membangun sebuah sumur lalu diminum oleh jin atau burung yang kehausan, maka Allah akan mem­berinya pahala kelak di hari kiamat.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Majah).

7. Menyedekahkan sebagian harta. Sedekah yang diberikan secara ikhlas akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda.

Sumber : Ensiklopedi Hukum Islam

Inilah 12 Kaum yang Dibinasakan Allah



Dalam Alquran, banyak sekali diceritakan kisah-kisah umat terdahulu yang telah dibinasakan oleh Allah karena mereka mengingkari utusan-Nya dan melakukan berbagai penyimpangan yang telah dilarang. Berikut adalah kaum-kaum yang dibinasakan.

Kaum Nabi Nuh
Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun, namun yang beriman hanyalah sekitar 80 orang. Kaumnya mendustakan dan memperolok-olok Nabi Nuh. Lalu, Allah mendatangkan banjir yang besar, kemudian menenggelamkan mereka yang ingkar, termasuk anak dan istri Nabi Nuh (QS Al-Ankabut : 14).

Kaum Nabi Hud
Nabi Hud diutus untuk kaum 'Ad. Mereka mendustakan kenabian Nabi Hud. Allah lalu mendatangkan angin yang dahsyat disertai dengan bunyi guruh yang menggelegar hingga mereka tertimbun pasir dan akhirnya binasa (QS Attaubah: 70, Alqamar: 18, Fushshilat: 13, Annajm: 50, Qaaf: 13).

Kaum Nabi Saleh
Nabi Saleh diutuskan Allah kepada kaum Tsamud. Nabi Saleh diberi sebuah mukjizat seekor unta betina yang keluar dari celah batu. Namun, mereka membunuh unta betina tersebut sehingga Allah menimpakan azab kepada mereka (QS ALhijr: 80, Huud: 68, Qaaf: 12).

Kaum Nabi Luth
Umat Nabi Luth terkenal dengan perbuatan menyimpang, yaitu hanya mau menikah dengan pasangan sesama jenis (homoseksual dan lesbian). Kendati sudah diberi peringatan, mereka tak mau bertobat. Allah akhirnya memberikan azab kepada mereka berupa gempa bumi yang dahsyat disertai angin kencang dan hujan batu sehingga hancurlah rumah-rumah mereka. Dan, kaum Nabi Luth ini akhirnya tertimbun di bawah reruntuhan rumah mereka sendiri (QS Alsyu'araa: 160, Annaml: 54, Alhijr: 67, Alfurqan: 38, Qaf: 12).

Kaum Nabi Syuaib
Nabi Syuaib diutuskan kepada kaum Madyan. Kaum Madyan ini dihancurkan oleh Allah karena mereka suka melakukan penipuan dan kecurangan dalam perdagangan. Bila membeli, mereka minta dilebihkan dan bila menjual selalu mengurangi. Allah pun mengazab mereka berupa hawa panas yang teramat sangat. Kendati mereka berlindung di tempat yang teduh, hal itu tak mampu melepaskan rasa panas. Akhirnya, mereka binasa (QS Attaubah: 70, Alhijr: 78, Thaaha: 40, dan Alhajj: 44).

Selain kepada kaum Madyan, Nabi Syuaib juga diutus kepada penduduk Aikah. Mereka menyembah sebidang padang tanah yang pepohonannya sangat rimbun. Kaum ini menurut sebagian ahli tafsir disebut pula dengan penyembah hutan lebat (Aikah) (QS AlHijr: 78, Alsyu'araa: 176, Shaad: 13, Qaaf: 14).

Firaun
Kaum Bani Israil sering ditindas oleh Firaun. Allah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk memperingatkan Firaun akan azab Allah. Namun, Firaun malah mengaku sebagai tuhan. Ia akhirnya tewas di Laut Merah dan jasadnya berhasil diselamatkan. Hingga kini masih bisa disaksikan di museum mumi di Mesir (Albaqarah: 50 dan Yunus: 92).

Ashab Al-Sabt
Mereka adalah segolongan fasik yang tinggal di Kota Eliah, Elat (Palestina). Mereka melanggar perintah Allah untuk beribadah pada hari Sabtu. Allah menguji mereka dengan memberikan ikan yang banyak pada hari Sabtu dan tidak ada ikan pada hari lainnya. Mereka meminta rasul Allah untuk mengalihkan ibadah pada hari lain, selain Sabtu. Mereka akhirnya dibinasakan dengan dilaknat Allah menjadi kera yang hina (QS Al-A'raaf: 163).

Ashab Al-Rass
Rass adalah nama sebuah telaga yang kering airnya. Nama Al-Rass ditujukan pada suatu kaum. Konon, nabi yang diutus kepada mereka adalah Nabi Saleh. Namun, ada pula yang menyebutkan Nabi Syuaib. Sementara itu, yang lainnya menyebutkan, utusan itu bernama Handzalah bin Shinwan (adapula yang menyebut bin Shofwan). Mereka menyembah patung. Ada pula yang menyebutkan, pelanggaran yang mereka lakukan karena mencampakkan utusan yang dikirim kepada mereka ke dalam sumur sehingga mereka dibinasakan Allah (Qs Alfurqan: 38 dan Qaf ayat 12).

Ashab Al-Ukhdudd
Ashab Al-Ukhdud adalah sebuah kaum yang menggali parit dan menolak beriman kepada Allah, termasuk rajanya. Sementara itu, sekelompok orang yang beriman diceburkan ke dalam parit yang telah dibakar, termasuk seorang wanita yanga tengah menggendong seorang bayi. Mereka dikutuk oleh Allah SWT (QS Alburuuj: 4-9).

Ashab Al-Qaryah
Menurut sebagian ahli tafsir, Ashab Al-Qaryah (suatu negeri) adalah penduduk Anthakiyah. Mereka mendustakan rasul-rasul yang diutus kepada mereka. Allah membinasakan mereka dengan sebuah suara yang sangat keras (QS Yaasiin: 13).

Kaum Tubba'
Tubaa' adalah nama seorang raja bangsa Himyar yang beriman. Namun, kaumnya sangat ingkar kepada Allah hingga melampaui batas. Maka, Allah menimpakan azab kepada mereka hingga binasa. Peradaban mereka sangat maju. Salah satunya adalah bendungan air (QS Addukhan: 37).

Kaum Saba
Mereka diberi berbagai kenikmatan berupa kebun-kebun yang ditumbuhi pepohonan untuk kemakmuran rakyat Saba. Karena mereka enggan beribadah kepada Allah walau sudah diperingatkan oleh Nabi Sulaiman, akhirnya Allah menghancurkan bendungan Ma'rib dengan banjir besar (Al-Arim) (QS Saba: 15-19). 

Kutipan : REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Syahruddin El-Fikri