Kembali Kepada Agama Allah
di
21.56
Setiap kita
tahu dan menyaksikan betapa pesatnya dan canggihnya perkembangan teknologi,
seiring dengan lajunya zaman yang kian modern -katanya-. Semua ini berkat
semakin hebatnya akselerasi pemikiran manusia dalam hal ilmu duniawi, akibatnya
fenomena seperti ini memotivasi para bapak-bapak bangsa untuk menerjunkan
anak-anaknya berlaga di arena tandang modernisasi yang dikira akan dapat
mengatasi persoalan hidup.

Teramat
banyak jumlah orang-orang yang gemar bermimpi walau sangat sedikit mimpi yang
menjadi kenyataan, realita yang ada menunjukkan bahwa agilitas manusia dalam
hal ilmu duniawi serta pesatnya teknologi tidak dapat mengatasi persoalan
hidup, malah sebaliknya persoalan dan problematika kian menumpuk di keluarga,
di masyarakat, di lingkungan, bahkan di negara, satu paradigma yang
menyedihkan.
Para pembaca
-semoga dirahmati Allah- sebagai seorang muslim tentu kita merasa prihatin,
mengingat pemikiran banyak manusia ini menyebabkan jauhnya dari agama,
terbukanya pintu kejahatan dan kemaksiatan yang mengundang kemarahan dan
kebencian Allah jalla jalaaluhu.
Allah berfirman,
“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat
akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki
keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan
tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat.”
(QS Asy Syuraa: 20).
(QS Asy Syuraa: 20).
Allah juga
berfirman,
“Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka
kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya
mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka
sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), kemudian kami
hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”
(QS Al Israa: 16).
(QS Al Israa: 16).
Kita mesti
sadar bahwa syaithon adalah para fuqoha dalam bidang kejahatan, mereka selalu
mengitimidasi kita dengan sesuatu yang menjadikan kita jauh dari agama Allah.
Allah
berfirman,
“Syaithan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan
kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) sedang Allah menjanjikan
untukmu ampunan daripadanya dan karunia. Dan Allah Maha Luas karuniaNya lagi
Maha Mengetahui.”
(QS Al Baqoroh: 268).
(QS Al Baqoroh: 268).
Begitu pula
orang-orang kafir yang sebagai jelmaan para syaithon itu, menarik perhatian
kaum muslimin agar menyibukkan diri dengan gemerlap ilmu duniawi guna
menjauhkan aqidahnya, akhlaqnya, moralnya dari petunjuk ilmu Allah dengan
menghinakan mereka dalam hal dunianya.
Allah
berfirman,
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan
orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal
orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan
Allah memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendakiNya tanpa batas.”
(QS Al Baqoroh: 212).
(QS Al Baqoroh: 212).
Allah juga
berfirman,
“Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri
penjahat-penjahat yang terbesar agar melakukan tipu-daya dalam negeri itu. Dan
mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak
menyadarinya.”
(QS Al An’aam: 123).
(QS Al An’aam: 123).
Kita tidak
boleh terlena dengan memandang sebelah mata kenyataan ini, agar kaum muslimin
tahu bahwa tidak ada kemuliaan, tidak ada kebahagiaan di dunia dan akhirat
kecuali dengan berpegang teguh terhadap agama Allah, kembali padaNya, dan
membela agamaNya. Apa yang tengah kita rasakan dari semakin bejatnya moral,
hilangnya kewibawaan bangsa, kehinaan serta eksploitasi orang-orang kuffar
adalah dampak dari kurangnya perhatian kita sendiri terhadap agama dan mulai
melemah dan terkikisnya semangat untuk membelanya.
Allah berfirman,
“Dan apa saja nikmat yang ada pada
kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan,
maka hanya kepadaNya-lah kamu minta pertolongan.”
(QS An Nahl: 53).
(QS An Nahl: 53).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila kalian jual beli dengan ‘inah (salah
satu bentuk jual beli riba) dan kalian ridho dengan bercocok tanam (menyibukkan
diri dengannya) dan menyibukkan diri dengan peternakan, kemudian kalian
meninggalkan untuk berjihad di jalan Allah, Dia akan menimpakan kehinaan atas
kalian, tidak akan mengangkatnya dari kalian hingga kalian kembali kepada agama
kalian.”
(HR Abu Dawud no: 3462, Ahmad 2/84, dan yang lainnya dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma).
(HR Abu Dawud no: 3462, Ahmad 2/84, dan yang lainnya dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma).
Wajib bagi
segenap kaum muslimin untuk membangun kembali kehidupan yang baru dengan
kembali kepada Allah, mendalami agama Allah dan membelanya sehingga mendapatkan
petunjuk dalam mengarungi kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta dapat mengatasi persoalan-persoalan yang problematis.
Allah
berfirman,
“Dan apakah orang yang sudah mati (hatinya) kemudian
dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan
cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa
dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak
dapat keluar daripadanya? …”
(QS Al An’aam: 122).
(QS Al An’aam: 122).
Cahaya di sini adalah cahaya wahyu (Al Qur’an), sedang
gelap gulita adalah kebodohan, kekufuran, dan kesesatan. (Tafsir Al Qur’anul
Azhim 2/183). Allah juga berfirman, “Allah dia menganugerahkan al hikmah
(kepahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia
kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi al hikmah itu, ia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”
(QS Al Baqoroh: 269).
(QS Al Baqoroh: 269).
Di akhir
tulisan ini penulis akan nukilkan satu ayat yang semoga menjadi pelajaran dan
bahan renungan bersama, yaitu firman Allah,
“Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya
generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi
itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang
belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas
mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami
binasakan mereka karena dosa mereka sendiri…”
(QS Al An’aam: 6).
(QS Al An’aam: 6).
Ya Allah…, janganlah Engkau palingkan
hati-hati kami setelah Engkau beri hidayah, dan curahkanlah kepada kami selalu
rahmatMu, innaka Waliyyu dzaalik wal Qoodir ‘alaih. Walhamdulillahi robbil
‘alamin. Wal ilmu indallah.
Ditulis oleh
Al Ustadz Abu Hamzah Al Atsary.
Sumber :
Bulletin Al Wala wal Bara